Khamis, 15 Disember 2011

Pengertian Syirik dan Bahayanya

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”

(QS. An Nisa’: 48)

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan lain-lainnya.

Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal–hal yang merupakan kekhususan bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’ dan sifat.

Bentuk-bentuk Syirik

Bentuk-bentuk Syirik dapat dibagi kedalam 3 bagian :

1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah

Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahuwa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta’ala :

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)

Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat, shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah, isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya. Sungguh indah perkataanSyaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata :

“Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun yang bathin.”

Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, ( QS. Al-baqoroh 21 )

Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk beribadah kepada selain-Nya?

Firman Allah Ta?ala :

“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 73-74)

2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah

Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.

Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka :

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)

Firman Allah Ta’ala :

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)

Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui Allah-lah satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.

3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat

Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib.

Firman Allah Ta?ala :

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan

kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.? (QS. Al Jin : 26)

JENIS-JENIS SYIRIK

1. Syirik Akbar

Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka.

Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti :

- memohon dan taat kepada selain Allah

- bernadzar untuk selain Allah

- takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya

- memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati

- mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah

- seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain Allah.

Macam-macam Syirik Besar

a. Syirik dalam berdoa

Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):

“Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)

b. Syirik dalam sifat Allah

Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta’ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (QS. Al-An’am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.

Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)

Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta’ala. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya):

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.

d. Syirik dalam ketaatan

Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta’ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta’ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).

Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).

e. Syirik khauf (takut)

Jenis-jenis takut :

1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):

“Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!” Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: “Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?”.

Ia menjawab: “Karena takut kepada manusia!”. Allah berkata: “Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).

3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.

f. Syirik hulul

Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.

g. Syirik Tasharruf

Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.

h. Syirik Hakimiyah

Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.

i. Syirik tawakkal

Tawakkal ada tiga jenis:

- Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.

- Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.

- Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.

j. Syirik niat dan maksud

Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Hud: 15-16).

Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.

k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. (HR, Bukhari).

Lihat Fathul Bary, 2/333).

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.

Kisah Seputar Syirik Besar

Masuk Neraka karena seekor lalat

Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.

Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan.

Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR. Imam Ahmad).

Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).

2. Syirik Ashghar

Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.

Macam-macam syirik asghar:

a. Zhahir (nyata)

Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad, Shahih).

Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): “Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan”. (HR. Ahmad, Shahih).

Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang terjemahannya): “Apakah ini?”.

Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: “Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).

Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).

b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.

BAHAYA SYIRIK

1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).

a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.

Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”. (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).

b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).

c. Termasuk dosa besar yang terbesar.

2. Syirik Akbar

a. Kezhaliman terbesar.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).

b. Menghancurkan seluruh amal.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).

c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).

d. Pelakunya diharamkan masuk surga.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).

e. Kekal di dalam neraka.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6).

f. Syirik adalah dosa paling besar.

Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 116).

g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Araaf: 33).

h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lihat Quran surah Al-Anaam: 151.

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

( Qs. Al-Anam )

i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.

Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).

Wallahu’alam Bii Shawab

Sumber :

- Kitab Tauhid (terjemah) Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi

- Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa (terjemah), Syaikh Muhammad bin Shalih al Munajjid.

- Majalah As-Sunnah 09/IV/1421/2000.

- Dan sumber lainnya

Rabu, 6 April 2011

Video Lucah dan Dosa Politik

Dalam budaya manusia yang tiada nilai agama dan tamadun berakhlak, isu keaiban peribadi dijadikan mainan golongan yang selekeh. Maka muncullah kisah seks dan skandal peribadi tokoh politik itu dan ini sebagai senjata beracun membunuh musuh politik masing-masing. Dalam Islam, perbuatan mendedahkan keaiban peribadi sebagai senjata politik adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya. Ia haram. Hanya mereka yang jahil nas-nas agama sahaja yang menyangka itu adalah suruhan syarak. Malangnya praktik ini telah diamalkan oleh ramai tokoh dan penceramah politik sejak dahulu lagi di negara kita ini. Sama ada PAS, Umno dan PKR; ramai individu dalamparti-parti itu telah terbabit dalam perkara yang diharamkan oleh syarak ini. Tuduhan seks, arak, kaki judi dan seumpamanya sudah menjadi ringan di lidah mereka. Bahkan kadang-kala mereka menghina rupa ciptaan Allah yang ada pada musuh-musuh politik mereka seperti mengatakan si botak, gagap, hidung besar, mamak dan lain-lain. Mereka melanggar pantang larang agama dalam berpolitik. Wabak inilah sedang memakan diri mereka sendiri. Mereka yang tiada etika dan akhlak telah dan akan terus terbabit dalam hal ini. Sedangkan Nabi SAW bersabda: "Sesiapa yang menutup (keburukan) seorang muslim, Allah tutup (keburukannya) di dunia dan akhirat." (Riwayat Muslim). Aib peribadi Islam melarang didedahkan aib peribadi yang tidak membabitkan kezaliman terhadap orang lain. Aib peribadi seperti zina, minum arak, berjudi dan seumpamanya hendaklah ditutup semampu mungkin. Jika hendak didakwa, hendaklah di mahkamah dan bukan untuk tontonan orang ramai. Pun begitu, Islam mengetatkan syarat saksi dan proses penyaksian. Bagi kes zina, jika gagal dipenuhi syarat, penuduh boleh dijatuhkan hukuman qazaf. Tujuannya, untuk mengelakkan perangai suka menuduh dan mendedahkan aib peribadi orang lain. Sebab itu penzina dihukum 100 sebatan dan yang menuduh tanpa empat orang saksi 80 sebatan. Angka yang hampir bagi menunjukkan kesalahan menuduh tanpa empat orang saksi - sekalipun mungkin benar - adalah berat di sisi agama. Firman Allah (maksudnya): "Dan orang-orang yang melemparkan tuduhan (zina) kepada perempuan yang terpelihara kehormatannya, kemudian mereka tidak membawakan empat orang saksi, maka sebatlah mereka lapan puluh kali sebat; dan janganlah kamu menerima persaksian mereka itu selama-lamanya; kerana mereka adalah orang-orang yang fasik. (Surah al-Nur: Ayat 4). Nabi SAW sendiri mengelakkan agar aib itu didedahkan, bahkan disuruh bertaubat secara sendirian; dengan solat dan istighfar. Dalam riwayat Muslim, seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku mengubati seorang wanita di hujung bandar. Aku telah melakukan kepadanya (seks), cuma aku tidak menyetubuhinya. Inilah aku, maka hukumlah aku apa yang engkau mahu. Lalu 'Umar (Ibn Khattab) berkata kepadanya: Allah telah tutupi keaibanmu jika engkau menutupi dirimu. Nabi s.a.w tidak berkata apa-apa. Lalu lelaki itu bangun dan pergi. Nabi SAW menyuruh seorang lelaki memanggilnya dan membaca kepadanya firman Allah (maksudnya) Dan dirikanlah sembahyang pada dua bahagian siang (pagi dan petang), dan pada waktu-waktu yang berhampiran dengannya dari malam. Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan kejahatan. Perintah-perintah Allah yang demikian adalah menjadi peringatan bagi orang-orang yang mahu beringat (Surah Hud ayat 114). Maka ada seorang bertanya: Wahai Nabi Allah, ini khas untuknya sahajakah? Jawab Nabi SAW: Bahkan untuk manusia keseluruhannya." Bukan bukti asas Rakaman video bagi kes maksiat peribadi tidak boleh dijadikan asas bukti. Bagi kes zina hendaklah dengan empat orang saksi. Tiada keperluan untuk pencarian bukti sampingan. Itu soal dosa insan dengan Allah bukan dengan orang lain. Jika ia terlepas, mahkamah Allah di mahsyar tetap ada, atau mungkin dia bertaubat. Tiada pihak yang rugi atau untung melainkan dirinya sendiri. Kata Dr Yusuf al-Qaradawi mengenai usaha mencegah kemungkaran: "Kemungkaran itu mesti nyata dan dilihat. Adapun jika pelakunya melakukannya secara sembunyian dari pandangan manusia dan menutup pintu rumahnya, maka tidak seorang pun boleh mengintipnya atau merakamnya secara diam-diam dengan menggunakan alat elektronik atau kamera video atau menyerbu rumahnya untuk memastikan kemungkarannya. Inilah yang ditunjukkan pada lafaz hadis 'barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengubahnya...." Dikaitkan kewajipan mengubah itu dengan melihat atau menyaksikan kemungkaran. Tidak dikaitkan dengan mendengar tentang kemungkaran dari orang lain. Ini kerana Islam tidak menjatuhkan hukuman kepada orang yang mengerjakan kemungkaran secara bersembunyi dan tidak menampakkannya. Diserahkan hanya kepada Allah untuk menghisabnya pada hari kiamat. Hisab ini bukan menjadi wewenang seseorang di dunia. Sehinggalah dia melakukannya secara terang-terangan dan menyingkap keaibannya. Bahkan hukuman Ilahi itu lebih ringan bagi orang menutupi kemungkarannya dengan menggunakan tabir Allah dan tidak menampakkan kederhakaannya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sahih (bermaksud): "Setiap umatku diberikan keampunan kecuali orang-orang yang menampakkan (dosanya)" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). Justeru, tiada seorang pun mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman terhadap kemungkaran-kemungkaran yang dilakukan secara sembunyian. (Al-Qaradawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, hal 124, Kaherah: Dar al-Syuruq). Berbeza dengan kes kezaliman Ia berbeza dengan kes jenayah terhadap lain seperti bunuh, curi, rompak, rogol, diliwat secara paksa, rasuah dan seumpamanya. Kes-kes ini perlu dibongkar dan diambil tindakan demi keadilan terhadap mangsa. Rakaman dalam kes-kes ini perlu diusahakan. Islam mengizinkan, bahkan menyuruh didedahkan bahaya atau kezaliman yang dilakukan yang boleh memudaratkan orang ramai dan rakyat. Jika ada perasuah, atau perompak, atau perogol maka hendaklah diberi amaran kepada orang yang mungkin menjadi mangsa. Itu pun hendaklah atas asas bukti yang kukuh, bukan sekadar andaian. Demikian juga boleh mendedahkan kepada pihak yang berkaitan seperti hakim, pengundi dan orang awam tentang kezaliman yang boleh menimpa diri atau orang lain. Firman Allah (maksudnya): "Allah tidak suka kepada perkataan-perkataan buruk yang dikatakan dengan berterus-terang (untuk mendedahkan kejahatan orang); kecuali oleh orang yang dizalimi, dan (ingatlah) Allah sentiasa Mendengar, lagi Maha Mengetahui. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan, atau menyembunyikannya, atau kamu memaafkan kesalahan (yang dilakukan terhadap kamu), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pemaaf lagi Maha Berkuasa". (Surah al-Nisa: Ayat 148-149). Tidak perlu suruhajaya Tiada keperluan menubuhkan suruhanjaya khas bagi kes-kes maksiat peribadi. Ini hanya akan membazirkan harta rakyat. Al-Imam al-Ghazali (meninggal 505H) dalam kitabnya Ihya 'Ulum al-Din telah menyebut mengenai rukun-rukun perlaksanaan Hisbah. Hisbah bermaksud perlaksanaan al-Amr bi al-ma'ruf (menyuruh kepada makruf) apabila ia nyata ditinggalkan, dan al-Nahy 'an al-munkar (pencegahan kemunkaran) apabila ia nyata dilakukan. Rukun ketiga yang disebut oleh al-Imam al-Ghazali ialah: "Hendaklah kemungkaran tersebut zahir (jelas) kepada ahli hisbah tanpa perlu melakukan intipan. Sesiapa yang menutup sesuatu kemaksiatan di dalam rumahnya, dan mengunci pintunya maka tidak harus untuk kita mengintipnya. Allah Ta'ala telah melarang hal ini. Kisah 'Umar dan 'Abd al-Rahman bin 'Auf mengenai perkara ini sangat masyhur. Kami telah menyebutnya dalam kitab Adab al-Suhbah (Adab-Adab Persahabatan). Begitu juga apa yang diriwayatkan bahawa 'Umar RA telah memanjat rumah seorang lelaki dan mendapatinya dalam keadaan yang tidak wajar. Lelaki tersebut telah membantah 'Umar dan berkata: Jika aku menderhakai Allah pada satu perkara, sesungguhnya engkau telah menderhakai-Nya pada tiga perkara. 'Umar bertanya: Apa dia? Dia berkata: Allah Ta'ala telah berfirman (maksudnya): Jangan kamu mengintip mencari kesalahan orang lain. Sesungguhnya engkau telah melakukannya. Allah berfirman (maksudnya: Masukilah rumah melalui pintu-pintunya. Sesungguhnya engkau telah memanjat dari bumbung. Allah berfirman: (maksudnya): Janganlah kamu masuk ke dalam mana-mana rumah yang bukan rumah kamu, sehingga kamu lebih dahulu meminta izin serta memberi salam kepada penduduknya). Sesungguhnya engkau tidak memberi salam. Maka 'Umar pun meninggalkannya... Maka ketahuilah bahawa sesiapa yang mengunci pintu rumahnya dan bersembunyi di sebalik dindingnya, maka tidak harus seseorang memasuki tanpa izin daripadanya hanya kerana ingin mengetahui perbuatan maksiat. Kecuali jika ia nyata sehingga diketahui oleh sesiapa yang berada di luar rumah tersebut." (Al-Ghazali, Ihya 'Ulum al-Din, 3/28, Beirut: Dar al-Khair 1990). Ingatan Muslim hendaklah mengelakkan diri dari terlibat dalam kes-kes seperti ini. Ia menjadi pengajaran kepada semua parti politik. Manusia-manusia yang rendah nilai dan maruah sanggup untuk terbabit dalam hal seperti ini sejak lama dahulu. | Mereka ini ada dalam Umno, PKR dan PAS. Sedangkan Allah berfirman (maksudnya): "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip mencari-cari kesalahan orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat antara satu sama lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah penerima taubat, lagi Maha mengasihani." (Surah al-Hujurat: 12). Bangkit generasi baru Marilah kita bermufaraqah atau meninggal segala pelakon atau watak yang selekeh dan rela menghalalkan apa sahaja untuk kepentingan politik mereka. Tanpa mengira parti! Mereka mesti diusir dari pemainan bodoh ini. Kita tentang semua pelakon politik yang suka mengelak kain orang. Tak kira kerajaan atau pembangkang. Kita dijadikan 'penonton bodoh' yang seakan merelakan apa sahaja watak yang mereka lakonkan. Politik kita memerlukan nafas baru dan dibersihkan dari golongan yang jijik dan kotor ini! Kita perlukan politik idea, bagaimana dan cara membangunkan umat dan rakyat agar hidup berdisiplin, bermaruah dan bertamadun. Bukan cerita-cerita bodoh seperti ini! _____________________________________________________________________ Prof Madya Dr Mohd Asri Zainul Abidin merupakan bekas mufti kerajaan Perlis. Tulisan ini adalah pendapat peribadi penulis. _____________________________________________________________________

Pengikut